Revolusi Amerika Memicu Revolusi Assassin’s Creed
Revolusi Amerika tahun 1775 – 1783 ternyata berpengaruh juga pada serial game Assassin’s Creed. Game action adventure yang bertema perseteruan antara geng Assassin dan geng Templar selama beribu tahun itu telah ikut berevolusi menjadi sesuatu yang baru. Game yang dikerjakan beramai-ramai oleh empat studio ini (Ubisoft Montreal, Annecy, Quebéc City, dan Singapura) membawa hal-hal baru dalam dunia Assassin’s Creed, dimulai dari karakter utama baru, latar belakang hidupnya, lokasi dan sejarah, karakter-karakter pendukung baru yang umumnya adalah para tokoh sejarah, dan juga gameplay. Dengan revolusi ini Creative Director Ubisoft Alex Hutchinson menginginkan Assassin’s Creed yang baru ini lebih dari sekedar versi 3.0, tetapi menjadi Assassin’s Creed 3,5.
Seperti yang telah kita ketahui, karakter utama Assassin’s Creed III adalah seorang pemuda yang berasal dari suku Indian Mohawk bernama Connor atau Ratohnhaké:ton dengan ayah seorang Inggris. Keanggotaan Connor dalam kelompok Assassin ini tidak berdasarkan genetika atau keturunan. Bermula dari kehancuran kampung halamannya, perlawanan terhadap ancaman yang membahayakan sukunya, bergabung dengan Assassin, berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dan mendirikan sebuah negara baru, adalah awal Connor mendapatkan jati dirinya didalam cerita ini.
Menurut IP development director Tommy Francois motivasi Connor bergabung dengan Assassin berbeda dengan karakter utama di Assassin’s Creed sebelumnya. Altair fokus pada tugas, Ezio bertumpu pada dendamnya, dan Connor dimotivasi oleh rasa keadilan yang dimilikinya.
We had Altair who was focused on duty, Ezio was about revenge and Connor is very much about justice.
Lokasi yang telah diketahui akan disinggahi oleh Connor adalah New York dan Boston. Belakangan diketahui bahwa Philadelphia ikut menjadi kota tujuannya. Selain itu sekitar 30% permainan akan berlokasi di luar kota. Connor mendapat kesempatan untuk menjelajah kesegala penjuru hutan dan lembah, hingga mengunjungi camp milik George Washington di Valley Forge.
Di hutan, Connor dapat berburu berbagai binatang yang ada. Bahkan beruang yang besar sekalipun akan dihadapinya. Banyak pihak berkata bahwa hal tersebut mirip dengan gameplay pada game Red Dead Redemption. Alex Hutchinson menyatakan bahwa ketika Ubisoft selesai membuat footage mengenai berburu tersebut, Rockstar Games merilis Red Dead Redemption. Sehingga Ubisoft merubah beberapa hal dan berinovasi di area lainnya, walaupun berburu tetap ada.
Then a few months after we created footage, Red Dead Redemption launched and we had to endeavour instead to innovate in other areas. But we do still have a full hunting system.
Dari kegiatan berburu ini, Connor dapat mengumpulkan kulit binatang dan mendapatkan imbalan. Jika Connor dapat membunuh binatang dengan menggunakan pisaunya, imbalan yang didapat bisa lebih besar daripada jika menggunakan senjata api seperti musket.
Revolusi Amerika tahun 1775 – 1783 ternyata berpengaruh juga pada serial game Assassin’s Creed. Game action adventure yang bertema perseteruan antara geng Assassin dan geng Templar selama beribu tahun itu telah ikut berevolusi menjadi sesuatu yang baru. Game yang dikerjakan beramai-ramai oleh empat studio ini (Ubisoft Montreal, Annecy, Quebéc City, dan Singapura) membawa hal-hal baru dalam dunia Assassin’s Creed, dimulai dari karakter utama baru, latar belakang hidupnya, lokasi dan sejarah, karakter-karakter pendukung baru yang umumnya adalah para tokoh sejarah, dan juga gameplay. Dengan revolusi ini Creative Director Ubisoft Alex Hutchinson menginginkan Assassin’s Creed yang baru ini lebih dari sekedar versi 3.0, tetapi menjadi Assassin’s Creed 3,5.
Seperti yang telah kita ketahui, karakter utama Assassin’s Creed III adalah seorang pemuda yang berasal dari suku Indian Mohawk bernama Connor atau Ratohnhaké:ton dengan ayah seorang Inggris. Keanggotaan Connor dalam kelompok Assassin ini tidak berdasarkan genetika atau keturunan. Bermula dari kehancuran kampung halamannya, perlawanan terhadap ancaman yang membahayakan sukunya, bergabung dengan Assassin, berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dan mendirikan sebuah negara baru, adalah awal Connor mendapatkan jati dirinya didalam cerita ini.
Menurut IP development director Tommy Francois motivasi Connor bergabung dengan Assassin berbeda dengan karakter utama di Assassin’s Creed sebelumnya. Altair fokus pada tugas, Ezio bertumpu pada dendamnya, dan Connor dimotivasi oleh rasa keadilan yang dimilikinya.
We had Altair who was focused on duty, Ezio was about revenge and Connor is very much about justice.
Lokasi yang telah diketahui akan disinggahi oleh Connor adalah New York dan Boston. Belakangan diketahui bahwa Philadelphia ikut menjadi kota tujuannya. Selain itu sekitar 30% permainan akan berlokasi di luar kota. Connor mendapat kesempatan untuk menjelajah kesegala penjuru hutan dan lembah, hingga mengunjungi camp milik George Washington di Valley Forge.
Di hutan, Connor dapat berburu berbagai binatang yang ada. Bahkan beruang yang besar sekalipun akan dihadapinya. Banyak pihak berkata bahwa hal tersebut mirip dengan gameplay pada game Red Dead Redemption. Alex Hutchinson menyatakan bahwa ketika Ubisoft selesai membuat footage mengenai berburu tersebut, Rockstar Games merilis Red Dead Redemption. Sehingga Ubisoft merubah beberapa hal dan berinovasi di area lainnya, walaupun berburu tetap ada.
Then a few months after we created footage, Red Dead Redemption launched and we had to endeavour instead to innovate in other areas. But we do still have a full hunting system.
Dari kegiatan berburu ini, Connor dapat mengumpulkan kulit binatang dan mendapatkan imbalan. Jika Connor dapat membunuh binatang dengan menggunakan pisaunya, imbalan yang didapat bisa lebih besar daripada jika menggunakan senjata api seperti musket.